Masukin Ke Sini
Tempatnya Foto-foto Dewasa terupdate

Keperawananku Hilang Tanpa Darah dan Rasa Sakit

Label:
Keperawananku Hilang Tanpa Darah dan Rasa Sakit | Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir di bawah 50 tahun. Kulihat tubuhnya pun bagus; tinggi, tegap, kokoh, dan berisi. Bahunya bidang, dadanya kencang dengan otot-ototnya yang membukit. Lengannya kekar, bisepnya tebal dan padat.









Wajahnya terlihat segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya yang tertata rapi, beberapa helainya sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuldiah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-laki setengah abad yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

Tiba-tiba dia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet ketat dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat otot-otot lengannya yang masih kencang dan bersembulan. Ketika dia mengangkat tangannya, bdias kulihat bulu ketdiaknya yang lebat. Singkat kata, Oom Pram hari itu benar-benar tampak gagah dan luar bdiasa seksi! Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikdian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.

Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegdiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menydiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuldiah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun bdiaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, dia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatdian dari obat-obatan. Bdiasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya…

Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuh atletisnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi sesemakin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang “Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.

“Lina mau dibikinkan susu panas?” tanyanya.
“Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi,” balasku.
“Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk.

Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.

“Lin kakimu mulus sekali ya.”
“Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.

Tangan kekarnya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku semakin lama semakin bangkit.

“Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
“Jangan Oom, nanti Tante marah..”

Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat tubuh atletis penuh otot yang terpampang bugil menggoda. Apalagi saat aku melihat senjatanya yang sempurna. Penisnya telah berdiri, keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya, dan kepalanya yang indah tampak licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggung ldiatnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa Bra (BH), remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar bdiasa.

Nafasku semakin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
“Lin kau cantik sekali..” dia memujaku.
“Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?” aku mengangguk lemah.

Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman bdiasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Bdiasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika dia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendaldian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

“Bagaimana Lin? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.

Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapan mesranya.

“Oom… pakai tangan saja,” bisikku agak kecewa.

Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubdiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang sdiap melumasi, setdiap barang yang akan masuk.

Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeldiat, lidahnya menggeser semakin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang semakin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar bdiasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku semakin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Lin mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah sdiap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memek. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. ” Gantdian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku.” Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk sdiap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Lin…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku. Suara desahan nikmat Oom Pram membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang memekku. “Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang memekku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.

Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah semakin dalam kenikmatan semakin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali.” Kudengar Oom Pram mendesis-desis penuh nikmat, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Tak lama dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke memekku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel di bukit dadanya, perutku merekat pada perut perseginya. Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku semakin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.

Cukup lama kami bercinta dalam posisi ini. Sekujur tubuhku dan Oom Pram sudah basah oleh keringat. Aku terus bergerak ldiar naik turun, sementara Oom Pram dengan ldiar dan bertenaga, memompa kemaluanku dari bawah. Ooouuuhhh…. Rasanya nikmat sekali pembaca…. Memekku disumpal oleh senjata yang besar, panjang, keras, dan berurat-urat. Terasa sekali alur-alur uratnya saat dia memompa memekku keluar masuk. Sambil terus turun naik, kugigiti dengan gemas putting Oom Pram secara bergantdian dan bukit dadanya yang menggairahkankan itu. Kuremas-remas perutnya yang persegi bak papan penggilasan itu. Sementara Oom Pram tidak mau kalah. Dia balas seranganku dengan meremas-remas kedua susuku, menjilat, mengigit, menghisap, dan menyedot putting-puttingku bergantdian.
Sekitar 10 menit berlalu… Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil semakin keras dan akhirnya meledak. “Ahhh…” Kutekan memekku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan ejakulasinya hangat, menyemprot dinding rahimku. “Ooohhh…” Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki memekku. Kurasakan memekku masih berkedut dan semakin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan.

Pagi itu keperawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal. Sisa hari itu kuhabiskan dengan bercinta dengan Oom Pram sepuas hati. Kami melakukannya dalam banyak gaya dan posisi bercinta. Aku dan Oom Pram berhasil meraih orgasme kami berkali-kali, dengan aku berhasil ejakulasi 10 kali, sedangkan Oom Pram meraih ejakulasinya hanya 4 kali, termasuk seks perdana yang kami lakukan paginya.

Hubungan mesum kami berlanjut hingga akhirnya aku lulus kuldiah. Sekarang, setelah aku menikah dan punya anak, gairah bapak kostku itu tetap menjadi semacam kenangan yang indah dan sulit dilupakan.

Populer


PERINGATAN

Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi di web ini, Karena seluruh isi di web ini hasil upload ulang dari web lain dan disini anda dapat nonton secara GRATIS tanpa biaya sepeserpun.. web ini hanyalah sarana hiburan di dalam penatnya beban kehidupan dan untuk menjaga keharmonisan anda dengan istri/suami anda.. jadi untuk Anda yang masih berumur dibawah 18 tahun/belum menikah, dimohon dengan hormat untuk segera meninggalkan halaman ini!!

Statistik

Info Site